Aldakawanaseta Orienteering Competition 2
Mengukur Kembali Kekompakan Fisik bersama Intelektualitasku
Finish Strong di Garis Finish |
Berlari sambil
berfikir
Berlari sambil orientasi medan
Berlari sambil mengartikan peta
Berlari sambil membidik kompas
Berlari di tempat antah berantah
Berlari sambil orientasi medan
Berlari sambil mengartikan peta
Berlari sambil membidik kompas
Berlari di tempat antah berantah
Lantunan sajak
dramatis yang bisa ku lukiskan ketika selama kurang lebih 3 jam menjadi
survivor pada setiap kompetisi orienteering.
Alih-alih satu tahun vakum dari kompetisi lari peta dan kompas, pada tanggal
16-18 Maret 2018 lalu aku mengikuti kembali kompetisi orienteering nasional yang kali ini pada ajang “Aldawakawanaseta
Orienteering Competition 2” Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Hal-hal yang
mendorongku untuk kembali terjun ke lapangan adalah ingin bernostalgia merasakan
kembali berlari di tempat yang belum ku kenal untuk mengumpulkan pundi-pundi
poin, juga menguji kemampuan otaku dalam mengartikan peta.
Pada kompetisi
yang bertajuk score event ini, setiap
tim terdiri atas 2 orang dengan aturan lomba bebas membidik poin dari arah mana
saja, tidak ada ketentuan berurutan dalam mengunjungi pos dalam kurun waktu
yang telah ditentukan yaitu cut of time
3,5 jam. Aku lebih suka disiplin orienteering
score event ini, karena diri bebas berexplorasi pada lokasi dinamis belum dikenali
dan disitulah jiwa petualangan begitu diuji. Aku memilih bertandem kembali
dengan Ncep dalam Tim Orienteering STAPALA (TOS), juga ingin mencari
peruntungan seperti tahun lalu ketika tim kami menjadi juara 2 umum putri pada
Merbabu-National Orienteering Competition
2017.
Seluruh peserta
lomba pada malam hari tanggal 16 Maret 2018 diantar ke lokasi perlombaan,
kurang lebih 45 menit perjalanan dari Kampus ke wilayah Curug Lawe, Gunung Pati,
Kab. Semarang. Pertama kalinya bagiku menginjakan kaki ke lokasi ini, tapi
dibanding keikutsertaan kompetisi sebelumnya terasa ada yang kurang, yaitu
kebersamaan saudara-saudara STAPALA ku. Dikarenakan para atlet STAPALA ada yang
berpindah lokasi penugasan sebagai ASN, program OJT CPNS, dan BPH yang masih
aktif kuliah di hari Jumat. Malam yang kami tutup dengan briefing hanya berdua saja, membayangkan kompetisi keesokan harinya,
dan mengamati wajah lama para atlet orienteering
dari Sispala-Mapala yang masih rajin mengikuti kompetisi ini.
Pada hari Sabtu
pukul 07.04 WIB kami Tim Orienteering STAPALA (TOS) mendapat giliran start pada
kloter ketiga. Dua menit sebelum bendera start dikibarkan, kami diberikan
kesempatan untuk orientasi medan pada peta geografis berskala 1:25.000
tersebut. Dari orientasi medan itu, aku masih mengerti simbol dan lokasi start
yang kupadukan dengan kompas untuk merencanakan arah berlari. Ketika bendera
dikibarkan, kami tidak terlalu terbawa euforia untuk cepat berlari ke arah poin
yang baru kami lihat. Terlebih dahulu bersembunyi untuk menentukan arah
pengambilan poin, tapi sialnya aku merasa bingung ketika baru berlari dan
terdapat persimpangan untuk menuju ke pos. Lima menit berlari dengan asumsi
feeling posisi sesuai dengan penunjukan di peta, kami masih percaya diri mencari
poin. Pikiran semakin buyar manakala prediksi posisi ternyata tidak sesuai
dengan posisi pos pada peta dan semakin ragu dengan keberadaan tim kami.
Bisikan angin
terendus ke telingaku, betapa orienteering
memang memerlukan kekonsistenan dan jam terbang agar terampil. Aku mulai khawatir
ketika 30 menit belum juga mengetahui posisi sesungguhnya dan keberadaan pos,
hanya melihat peserta berlalu lalang dan kembali berorientasi medan, kataku “kok
banyak banget sekolahan dan kuburannya! Duh jadi bingung kan!”. Aku dan Ncep
tidak berkeinginan mengikuti dan mencontek peserta lain menuju pos, sama saja
dapat poin tetapi tidak mengerti nama pos tersebut. Karena efeknya akan salah
menggoreskan punch pada kartu kontrol
yang menjadikan nilai minus dan akan kembali meraba-raba untuk ke pos lanjutan,
merugikan bukan? Rintik hujan dan dinginnya kabut meresap ke baju kami hingga
bertemu dengan 2 orang peserta yang baik dan silaturahim kami masih berlanjut
hari ini. Kami berdiskusi dengan menyaring informasi dari warga mengenai nama
desa tempat kami berpijak dan posisi tim medis, kemudian kami sambungkan dengan
legenda pada peta. Syukurlah ketika aku mendapat kunci yang sudah 1 jam aku
cari tersebut, tim TOS kembali lancar melakukan explorasi. Satu pos kami lalui
dengan baik, antara aku dan Ncep sudah mengerti tugas masing-masing ketika
sampai di pos yaitu Ncep melakukan absensi sedang aku menandai kartu kontrol
dengan punch sembari menunjukan arah berlari selanjutnya. Tak terasa 1,5 jam
telah kami manfaatkan baik dengan menggapai 7 poin yang masing-masing memiliki
score berkisar 125-200. Sedangkan medan tempur pun memiliki track beragam,
untuk poin berkisar 125-150 rerata berada di pemakaman/ dekat bangunan yang
tidak jauh dari jalan utama, sedangkan skor
Lima puluh
menit sebelum cut of time (COT) kami
manfaatkan dengan berusaha sekuat tenaga membidik 1 poin terakhir sembari
berlari ke garis finish. Sekembalinya mendapat poin ke-8, Ncep mulai merasa kram
tapi salut saya kepadanya yang tak menyerah dan tetap berusaha berlari kecil
diselingi jalan dengan motivasi ke pos medis. Waktu tiga puluh menit bagi para orienteer bukanlah waktu yang panjang,
apalagi di penghujung kompetisi dialah waktu kritis untuk kami kejar melintasi
dua karvak pada peta. Terlebih apabila orienteer
melewati COT maka sebagai konsekuensinya akan kehilangan 100 poin di setiap
menitnya, bak gambaran kehidupan duniawi yang keras. Akhirnya dengan ketabahan
kami, sampailah pada garis finish dengan capaian waktu 3 jam 10 menit dan
memeroleh total score 1.300. Wow! Pencapaian optimal setelah cobaan awal yang
menerpa TOS di kompetisi ini, sesuatu kepesimisan yang berubah menjadi keoptimisan
dan kepantasan bila disandingkan dengan para tim umum putri.
Sayangnya
pengumuman hasil kompetisi ini baru akan diumumkan keesokan harinya pada
tanggal 18 Maret 2018, karena panitia telah menyiapkan serangkaian acara apik
tambahan untuk menghibur dan menjamu para peserta di kampusnya. Kami disuguhi
acara penutupan yang begitu hingar bingar bila dibandingkan dengan
kompetisi-kompetisi lainnya. Bagiku berapapun peringkat tim kami adalah sebuah
hasil usaha dan pengukuran untuk memperbaiki pada kesempatan selanjutnya. Dari
3,5 jam kompetisi begitu banyak hikmah yang ku ambil dan mengobati kerinduanku
pada kompas, peta, juga tempat antah berantah. Alhamdulillah pencapaian yang
baik bahwa TOS mendapat peringkat 6
kategori Umum Putri dari keseluruhan 30 tim. Ukuran yang baik untuk berani
kembali berkompetisi dan berprestasi pada kesempatan selanjutnya yang lebih
baik lagi. Salam Orienteering!
STAPALA DJAIA!
Salam orienteer, dariku Meiliana
TURUS Eka 1043/SPA/2014
Notes : Sekilas experiences Turus di
kompetisi orienteering tingkat nasional
1. Juara 2 Umum Putri Merbabu National Orienteering Competition (M-NOC)
Merbabu, 26-27 Maret 2017
2. Juara 3 Foot Orienteering category Senior Woman (>20thn)- Indonesia Orienteering Serie 2
Bogor, 27-29 Mei 2016
1. Juara 2 Umum Putri Merbabu National Orienteering Competition (M-NOC)
Merbabu, 26-27 Maret 2017
2. Juara 3 Foot Orienteering category Senior Woman (>20thn)- Indonesia Orienteering Serie 2
Bogor, 27-29 Mei 2016
3. Finisher
Orienteering category Senior Woman-Indonesia Orienteering Serie 1
Cianjur, 25-27 Maret 2016
Cianjur, 25-27 Maret 2016
4. Finisher Lomba Orienteering-HUT ke 70 Topografi Angkatan
Darat
Jakarta, 9 April 2016
5. Lomba Orienteering Brahmahardhika XIX
Surakarta, 14 Agustus 2016
Jakarta, 9 April 2016
5. Lomba Orienteering Brahmahardhika XIX
Surakarta, 14 Agustus 2016
Comments
Post a Comment