Seven Summits of Indonesia - Sepenggal Kisah Ekspedisi SAPTANUSA

PUSH THE LIMIT
The First, The Fastest, and The Youngest
Carstensz Pyramid 4.884 mdpl, Jayawijaya-Papua

Apa makna dibalik sebuah pendakian?
Ternyata ada sebuah puncak yang ingin di capai.
Ternyata ada sebuah perjalanan yang mengirinya.
Perjalanan itu adalah sebuah petualangan.
Petualangan yang di dalamnya ada perjuangan.
Meiliana TURUS

        Tanggal 4 Maret 2016 menjadi hari yang mendebarkan seumur hidup saya, mungkin bagi mereka ini akan menjadi moment yang menakjubkan. Mimpi para pendahulu saya semenjak 23 tahun yang lalu untuk sukses menggapai atap tertinggi di tanah air Indonesia. Sebuah amanah besar yang membuat saya belajar berkomitmen dan keberanian yang tinggi untuk tetap maju ditengah keterbatasan management tim ekspedisi Seven Summits of Indonesia. Pada hari itu saya dijadwalkan untuk summit attack di puncak pamungkas dari rangkaian ekspedisi Saptanusa.
        Saptanusa, ekspedisi 7 puncak di 7 kepulauan Indonesia. Rangkaian pendakian yang telah dimulai semenjak tanggal 22 Agustus hingga 22 September 2015 pada chapter pertama telah berhasil menyelesaikan 6 puncak tertinggi di Indonesia secara marathon. Berawal hanya sebuah ide sekelompok pemuda Indonesia yang ingin berkarya dan memberikan kontribusi nyata dengan caranya untuk 7 dekade Indonesia. Meski banyak orang mencibir dan ketidakpercayaan akan ide awal ketika di gaumkan, tidak menyurutkan semangat untuk terus bekerjasama dan berusaha agar pencapaian ini terwujud. Mengingat konsep ekspedisi ini akan dilakukan secara marathon dengan atlet tetap tanpa penggantian dan salah satu diantaranya adalah seorang wanita, pastilah risiko ketika di lapangan dan pasca ekspedisi yang terbayang.
         Enam bulan lamanya persiapan keatletan tersebut dijalankan dibawah bimbingan coach professional Rahmat Rukmantara ditengah kesibukan akademis sekolah kedinasan di bawah Kementerian Keuangan yang notabene academic oriented mengingat adanya konsekuensi Drop Out. Saya percaya justru berkegiatan yang mengikuti minat seperti inilah yang akan memberikan banyak pelajaran kehidupan ketika terjun di masyarakat nanti. Beberapa kali seleksi keatlitan harus saya ikuti demi bergabung menjadi tim ekspedisi, termasuk melakukan trail run/kebut gunung di Gunung Gede dan Kawah Ratu, Gunung Salak untuk mengukur kecepatan dan menilai kebugaran sebagai pertimbangan bagi management. Persiapan secara management pun sendiri tidak tanggung-tanggung satu tahun lamanya terus menggali potensi secara dana, data dan reset demi kelancaran mewujudkan mimpi gila menjadi kenyataan.
        Saya beserta ke empat rekan saya Patuan Handaka Pulungan (26 tahun), Dimas Adi Saputra (24 tahun), Sirojul Abrori (19 tahun), dan Fiki Hidayat (18 tahun) terpilih untuk membawa misi besar mengibarkan merah putih di 7 puncak tertinggi Indonesia. Dinamika lapangan banyak kami hadapi, seperti ketika berada di Kalimantan untuk chapter Gunung Bukit Raya, yang awalnya dijadwalkan ditempuh dalam 5 hari dengan normal pendakian pada umumnya 6 hingga 7 hari, ternyata kondisi cuaca membuat transportasi kami terhambat dan memangkas pendakian menjadi 4 hari. Ujian dan keterbatasan yang membuat kami menciptakan hal yang belum pernah dilakukan pendaki lainnya, di belantara hutan Kalimantan yang jarang dijamah oleh pendaki tersebut.
          Enam bulan berselang semenjak 6 puncak itu pun tiba, hasil upaya tim mengusahakan keberangkatan pencapaian puncak penutup dengan berbagai jalur dan operator, mulai dari jalur Tembaga Pura hingga Sugapa. Carstensz Pyramid, Jayawijaya Papua memang bukan pendakian yang remeh, akses yang susah dan eksekusi yang memerlukan dana tidak sedikit mengingat pasca pencapaian 6 puncak sebelumnya, sehingga Saptanusa memberangkatkan saya dengan seorang senior yaitu Patuan Handaka Pulungan. Awalnya pesimis hanya dapat memberangkatkan seorang, akan tetapi inilah namanya mestakung, hukum alam semesta mendukung begitu kata saya. Sehingga bisa memberangkatkan tetap secara tim di puncak ketujuh ini.
Keluarga Seperjalanan
Kiri-Kanan: Collin (31th), Russel Brice (62th), Christopher (50th), Maria (42th)
        Dalam pendakian ini ada dua buah tim yaitu kami dari STAPALA dan tim Russel Brice, seorang aktor dan pemilik Himalaya Expedition (Himax) sebuah operator pendakian di pegunungan Himalaya. Diperlukan skills rock climbing untuk melakukan teknik ascending/zummaring saat memuncak di Carstensz Pyramid di tengah kondisi suhu yang jauh lebih dingin dari puncak-puncak sebelumnya. Meski saya pernah mendalami rock climbing tetap merasa berat untuk selalu sigap menggunakan safety menaiki tebing dengan ketinggian setengah kilometer tersebut dan tetap fokus tak peduli bagaimana ngerinya ketika menunduk kebawah bak melihat jurang teing diatas awan. Permainan mental, begitu rasanya ketika sampai di Summit Ridge dengan kondisi fisik menurun tapi masih jauh tebing yang dilewati dan jurang sedalam 180 meter yang harus terlewati. Saya dihadapkan pada beberapa pilihan :
1.      Menyerah kembali turun, selamat ditemani guide, tetapi gagal.
2.      Tetap melaju hingga puncak dengan segala upaya, tanpa guide, dengan konsekuensi tidak tahu kelanjutan nasib.
Hingga asumsi terburuk mempengaruhi pikiran saya, melihat bagaimana harapan ribuan orang yang menunggu kabar kami, maka saya memilih pilihan ketiga yaitu tetap melaju dengan fokus dan safety sampai puncak dan sekembalinya ke basecamp. Seharusnya cukup bekal dengan pernah terdidiknya saya di kelompok pencintaalam dan pengalaman 6 puncak tertinggi yang telah dilewati, hingga akhirnya Pukul 10.30 WIT cita-cita itu terbayar sudah, misi ketujuh dari ekspedisi Seven Summits of Indonesia usai. Dengan begitu lengkap sudah 7 puncak di 7 nusa tersebut dengan rincian pendakian sebagai berikut:
1.      Gn.Kerinci, Sumatera (3805 mdpl)          : 23 Agustus-24 Agustus 2015;
2.      Gn.Bukit Raya, Kalimantan (2278 mdpl): 29 Agustus-1 September 2015;

3.      Gn.Latimojong, Sulawesi (3478 mdpl)    : 4-5 September 2015;

4.      Gn.Binaiya, Maluku (3027 mdpl)             : 8-11 September 2015;
5.      Gn.Rinjani, NTB (3726 mdpl)                   : 15-17 September 2015;

6.      Gn.Semeru, Jawa (3676 mdpl)                  : 20-21 September 2016;
7.      Carstensz Pyramid, Papua (4884 mdpl)  : 2-7 Maret 2016.
Kelompok Pencinta alam STAPALA, Politeknik Keuangan Negara STAN, berhasil memecahkan rekor atas:
1.      Wanita pertama yang menyelesaikan pendakian 7 Summits of Indonesia;
2.      Termuda wanita dan pria yang menyelesaikan 7 Summits of Indonesia;
3.      Tim tercepat yang menyelesaikan 7 Summits of Indonesia.
Hanya rasa syukur dan selalu mengingat pada Sang Pencipta yang telah merestui ekspedisi ini, dengan masih diberikannya nikmat kehidupan kepada saya dengan tanpa kekurangan suatu apapun secara fisik. Sehingga saya masih bisa melanjutkan studi saya hingga akhir dan betapa agungnya Allah SWT memberikan kesempatan saya untuk mengabdi dan siap berkarya di Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Hidup selalu ada pembaharuan, selalu ada yang dilakukan, dan selalu ada yang dipikirkan. Tidak berhenti pada ekspedisi lalu, tim masih belum lelah untuk berkarya. Kisah perjalanan kelima pemuda Indonesia ini akan segera hadir dalam buku “The First, The Fastest, and The Youngest”. Kisah yang akan menginspirasi pemuda Indonesia untuk terus berkarya dengan caranya masing-masing dan bisa digunakan sebagai referensi bagi yang akan mengikuti jejak kami.
Spoiller cover buku Seven Summits of Indonesia - Ekspedisi Saptanusa

Klik, Tonton, Like dan Subcribe VIDEO EKSPEDISI SAPTANUSA :
         *Enam Puncak : Kerinci-Bukit Raya- Latimojong-Binaiya-Rinjani-Semeru
           (Key Word - Ekspedisi Saptanusa-Seven Summits Indonesia)
        https://www.youtube.com/watch?v=m-obkT-q_rY 

        *Puncak Ketujuh : Carstensz Pyramid
         (Key Word - STAPALA (Bag.2 Carstenz Pyramid)
          https://www.youtube.com/watch?v=7UnjZInjy2g




Comments

Popular Posts